BMH JAWA TIMUR

LAZNAS - NGO Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh, Dana Kemanusiaan dan Wakaf

Melibatkan Anak Mengenal Dunia Dakwah

Melibatkan Anak Mengenal Dunia Dakwah

“TIDAK apa-apa Ummi pergi, yang penting bisa memberi pengetahuan yang bermanfaat,” ucap seorang anak perempuan kelas 3 SD saat ibunya hendak pergi ke luar kota untuk memenuhi undangan ceramah. Meski sedih berpisah, ia mengerti bahwa sang ibu diperlukan orang banyak di tempat lain.

Saat masih usia TK anak perempuan ini masih suka menangis ketika akan ditinggal pergi. Kakak yang laki-lakilah yang sering mengingatkan dan membujuk. “Kan kata Abi, kalau Ummi pergi memberi ilmu pengetahuan, lalu orang-orang yang mendengarnya melakukan kebaikan, maka pahalanya akan tetap mengalir terus, bahkan sampai Ummi meninggal,” ujar si Kakak.


Si ibu bersyukur, kini saat anak perempuannya makin besar, dialah yang justru sering memberi pengertian pada adiknya. Memang tak selalu mudah. Seperti yang baru saja terjadi. Tak seperti biasanya, dini hari saat ibunya sedang bersiap akan berangkat ke bandara, mendadak si adik lelakinya menangis sedih.

“Aku takut pesawat Ummi hilang seperti yang di berita itu,” ujarnya sambil menangis lebih keras. Si ibu terharu namun tetap berusaha tegar dan membujuk anaknya.

Si ayah turun tangan menenangkan dengan mengajak mendoakannya. Si ayah memberi keyakinan bahwa jika semua berdoa untuk keselamatan ibunya, maka dengan pertolongan Allah, ibunya akan selamat. Selama menuju bandara dan saat menjelang boarding ibunya menelepon atau mengirim SMS. Si anak lelaki yang masih sekolah di TK itu selalu berkata dan menulis pesan, “Ummi jangan lupa berdoa, ya!”

Kisah di atas adalah bagian dari perjalanan sebuah keluarga untuk menyiapkan dan mengajaknya ikut terlibat dalam berbagai hal, termasuk urusan dakwah. Pernah sang ibu mengajaknya menunaikan tugas dakwah memberikan pencerahan di sebuah sekolah kecil. Lalu si anak berkomentar, “Kok, sekolahnya begini?”

Si ibu menjelaskan, mereka harus bersedia diundang siapa pun, termasuk oleh sekolah kecil dan jauh. Mungkin merekalah yang lebih membutuhkan ilmu yang diberikan. Sang ibu pun mengajak melihat hal-hal positif dari tempat tersebut, sekolahnya, penyelenggaranya atau pelaksanaan acaranya.

Kadang sekolah tersebut menyambut dengan sangat ramah dan antusias, bahkan memberikan banyak hal yang mereka punya, seperti buah-buahan, kue-kue, dan cindera mata. Si ibu menekankan bahwa betapa orang berterimakasih akan ilmu yang diberikan, sampai-sampai mengungkapkannya dengan banyak hal. Si ibu mengingatkan ayat al-Qur’an bahwa inilah bukti Allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat.

Tak hanya si ibu yang mengenalkan dengan kegiatan dakwahnya, si ayah juga mengenalkan dunia pekerjaannya yang lebih berfokus pada dakwah di dunia tulisan. Berita-berita aktual dunia Islam, perjalanan pada da’i yang berdakwah ke pedalaman, kisah perjuangan kaum Muslimin di belahan dunia lain, pentingnya mengonsumsi makanan halal, dan hal-hal penting lainnya, seringkali disampaikan baik di meja makan, sedang santai, atau di saat-saat menjelang tidur.

Dakwah juga dicontohkan sang ayah dengan rutin melakukan kajian dengan keluarga kecilnya di rumahnya usai shalat berjamaah. Saat deadline terkadang si ayah harus menginap di kantornya. Ketika itulah, si ibu pun membangun pengertian bahwa ayahnya bukan hanya milik mereka dan harus selalu berada di dekat mereka. Apa yang dilakukan sang ayah adalah untuk menyebarkan kebenaran dan mengajak pada kebaikan.

Menarik, rupanya si anak perempuan mereka terinspirasi melakukan kegiatan dakwah. Di sekolah gadis yang sejak kelas 1 SD ini sudah konsisten memakai jilbab rajin mengajak satu persatu temannya untuk mengenakan penutup kepala, tak lupa memberi hadiah kerudung bagi beberapa temannya. Hasilnya beberapa temannya turut tertarik berjilbab, walaupun beberapa orang hanya mengenakannya saat pergi ke sekolah.

Bagi keluarga Muslim, sangat penting membangun semangat dakwah dalam keluarga. Yang paling penting adalah Membangun tujuan hidup bahwa tugas orangtua bukan hanya sibuk mencari nafkah atau sekadar melakukan tugas kerumahtanggaan semata. Dengan demikian akan memberikan inspirasi di kemudian hari agar turut menjalankan perintah Allah dalam berdakwah, juga bermanfaat bagi umat.

Oleh: Ida. S. Widayanti
Penulis buku Mendidik Karakter dengan Karakter

0 komentar:

Posting Komentar