BMH JAWA TIMUR

LAZNAS - NGO Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh, Dana Kemanusiaan dan Wakaf

Dakwah Adalah Pilihan Hidupnya

Dakwah Adalah Pilihan Hidupnya

Nasehat itu terus terngiang-ngiang di telinganya. Kalimat demi kalimat masuk di benak dan menghujam di hatinya. Tekadnya untuk terus berjuang di dunia dakwah menguat bak besi baja yang tak bisa dipatahkan. Iming-imingan gaji puluhan juta bila terus meniti karir di dunia usaha, ia campakkan demi mengejar mimpi di dunia dakwah.

Nasehat yang mengganggu hidupnya itu datang dari pendiri Hidayatullah, Abdullah Said (Alm.) yang membulatkan tekad Abdullah Azam, untuk terus istiqamah di dunia dakwah. “Berapa sih kapital yang akan kita dapatkan bila berkarir di dunia usaha (Bisnis? Bandingkan dengan tawaran Allah bagi mereka yang siap berniaga dengan-Nya?” ujar Azam mengenang petuah yang disampaikan oleh pimpinan saat itu.

Petuah itu semakin mengganggu tatkala ditunjukkan petikan surat ash-Shaff, yang artinya; “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS: ash-Shaff: 10-11).

Pesan inilah yang akhirnya merobah dan memicu spirit bapak empat anak ini untuk memutuskan menapaki dunia dakwah. Tak ayal, keputusan ini berakhir tak mudah. Ia mendapat tantangan dari keluarga, terutama orangtua yang telah membiayainya. Saat itu kedua orang Azam, panggilan akrabnya, keberatan dengan pilihan sang buah hati. Apalagi, dari empat bersaudara ia menjadi sosok yang paling bisa diandalkan dalam keluarga. Prestasi-prestasi akademiknya pun di atas rata-rata. Namun, berkat kegigihan peminat ilmu-ilmu eksak ini dan diiringi do’a dalam memahamkan kedua orangtuanya, akhirnya keduanya pun luluh dan merestui pilihan Azam.

Tugas Ke Daerah
Sudah menjadi budaya Hidayatullah untuk mengirim para da’inya ke daerah-daerah guna menyi’arkan Islam. Begitu pula dengan Azam. Ia telah dikirim ke beberapa daerah guna merintis pesantren. Situbondo, Jember, Jogja, Kupang dan Bandung, menjadi wilayah-wilayah yang pernah dilabuhinya untuk berdakwah. Kini di daerah-daerah tersebut telah berdiri pesantren Hidayatullah yang membina ratusan santri.

Diakui oleh Azam, bergelut di dunia dakwah bukan perkara ringan. Banyak konsekuensi yang harus diterima. Ujian demi ujian kerap menghampirinya. Terkadang ringan, namun tak jarang pula mengancam keselamatan nyawanya dan keluarga.

Terutama, menurut pengakuannya, ketika ia diamanahi untuk terjun dakwah dan merintis pesantren di Kupang. Status sebagai kemanten yang baru seminggu menikah, tak mengurangi semangatnya untuk mengemban amanah mulia tersebut. Dan itu terjadi pada awal tahun 1992. Bersama dengan pujaan hati, ia pun berangkat ke daerah yang tak pernah ia kenal itu.

Di sana, diakui oleh laki-laki kelahiran kota Pahlawan, Surabaya 1967 ini, benar-benar merasakan dakwah yang sesungguhnya. Bermukim di wilayah yang mayoritas berpenduduk non-Muslim, menjadikan aktivitas dakwahnya sarat akan ancaman. “Bukan sekali dua kali pesantren kita diteror dengan dilempari batu oleh oknum-oknum yang kurang suka dengan gerakan kita”, ungkap Azam pada MULIA.

Bahkan, tambahnya, karena suatu fitnah yang dibuat-buat oleh beberapa orang, salah satu sahabat Azam harus mendekam di ruang berjeruji besi tidak kurang dari enam bulanan. “Jadi di sana (Kupang) secara pribadi saya merasakan getirnya sebuah perjuangan”, jelasnya.

Dengan dukungan sang istri, Azam pantang mundur menghadapi ujian-ujian tersebut. “Itu semua adalah sebuah pilihan. Prinsipnya, kita ingin menjadi orang yang peduli terhadap persoalan umat, sebagaimana yang dicontohkan kanjeng Nabi. Bukan mereka yang hanya mementingkan kepentingan pribadi ataupun kelompok,” imbuhnya.

Saat ini, putra pasangan H.M. Rifa’i dan Hj. Arkanah ini tengah diamanahi sebagai Ketua Departemen Dakwah Pimpinan Wilayah (P.W.) Hidayatullah Jatim. Salah satu program utamanya ialah mendirikan pesantren tahfidz yang seluruh santrinya diberi beasiswa penuh.

“Alhamdulillah, menginjak tahun ke dua ini, sudah banyak santri kita yang hafal al-Qur’an di atas sepuluh juz. Mereka ini pulalah, yang kelak akan kita usung sebagai da’i-da’i yang akan menyebarkan Islam ke seluruh pelosok nusantara”, pangkasnya. Semangat terus, Ustadz....!*/Khairul Hibri

0 komentar:

Posting Komentar