BMH JAWA TIMUR

LAZNAS - NGO Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh, Dana Kemanusiaan dan Wakaf

Zakat untuk Menyiapkan Kader Bangsa

Zakat untuk Menyiapkan Kader Bangsa

Dulu ada peribahasa “Ilmu adalah pelita hati.” Peribahasa itu bisa dikembangkan menjadi “Banyak orang berilmu akan menjadi bintang-bintang bagi negara dan bangsa.” Meski demikian ilmu bukan segala-galanya. Para cerdik pandai yang tidak diimbangi oleh rasa taqwa pada Allah dan akhlak yang mulia hanyak akan membuatnya licik seperti kancil. Kerjanya hanya menipu dan menyakiti orang lain.


Hal itu bisa dibuktikan munculnya koruptor di negeri kita. Para koruptor, baik yang sudah masuk penjara, maupun yang masih berstatus tersangka, semua bukanlah orang-orang bodoh, semua para sarjana atau
cerdik pandai yang berilmu. Inilah catatan penting bahwa ada matahari yang lebih berderang daripada ilmu, yaitu iman dan taqwa kepada Alllah. Karena itu pengembangan keilmuan suatu bangsa jangan dipisahkan dengan pendidikan celupan relegiusitas yang memacu para pencari ilmu mengembangkan makna makna hidup dan kehidupan yang mulia.

Dari sini bisa dipahami, pelaksanaan pendidikan suatu bangsa tak lain adalah upaya mencetak generasi penerus yang benar-benar bertanggungjawab terhadap bangsa dan tanah airnya, generasi yang bisa membawa bangsanya menjadi bangsa bermuru’ah dan bermartabat.

Lebih dari itu, kita menginginkan pendidikan bisa melahirkan pemimpinpemimpin yang benar-benar bisa membawa bangsanya menjadi bangsa adil dan makmur dalam arti yang sebenarbenarnya. Yaitu pemimpin yang mencintai dan dicintai rakyat karena ketauladannya.

Lahirnya pemimpin-pemimpin seperti itu antara lain akan didukung oleh pendidikan yang disediakan kepada anak rakyat atau putera-putera bangsa secara meluas dan berkualitas. Di antara putera-putera bangsa ini masih banyak anak-anak muda yang berbakat dan cerdas tetapi orangtuanya tidak mampu menyekolahkan ke jenjang perguruan tinggi. Mereka punya kehausan ilmu, bahkan bisa disebut bibit unggul tetapi mimpi mereka kandas oleh kondisi yang tidak menguntungkan. Imam Burhanuddin Az-Zarnuji, ulama pengarang Kitab Ta’lim al-Muta ’allim, menyatakan mencari ilmu atau pelaksanaan pendidikan memerlukan “biaya” demikian juga anak-anak sekarang tetap memerlukan biaya belajar. Anak desa yang berbakat dan cerdas tapi miskin untuk bisa belajar di perguruan tinggi memerlukan biaya.

Tapi siapakah yang bisa menanggung pembiayaan mereka. Dari manakah dana pendidikan itu bisa diperoleh? Islam sejak dari awal diturunkannya kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam telah memberikan solusi dengan zakat, infaq dan shadaqah. Lembaga zakat yang dicontohkan Rasulullah berupa “Baitul Maal,” pada era sekarang bisa dikelola secara moderen untuk kemaslahatan orang miskin dan terlantar serta putera-putera cerdas tapi miskin untuk dididik menjadi calon-calon pemimpin yang mampu melanjutkan jiwa para pahlawan yang mendahului kita.

Zakat dan infaq adalah salah satu contoh terindah dari ajaran Islam, dan itulah “Syariat Islam yang membebaskan orang orang miskin dari lembah kesedihan.” Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam, Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika menjadi Khalifah pernah bersumpah: “Fawallahi Lauqatilanna man farraqa baynasti shalati wazzakat”. (Demi Allah, akan aku perangi orang-orang yang memisahkan antara shalat dengan zakat).

Karena pentingnya zakat, Abu Bakar akan memaksa orang-orang yang mengerjakan shalat tetapi lalai bayar zakat. Betapa indahnya jika semua orang Islam yang mengerjakan shalat yang wajib zakat tidak melalaikan kewajibannya untuk peduli kepada bangsanya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Zakat memang untuk orang miskin agar terlepas dari penderitaan. Tetapi lebih dari itu zakat juga bisa digunakan untuk dana pendidikan, baik untuk pesantren, sekolah, madrasah dan perguruan tinggi agar anak-anak cerdas dari keluarga miskin yang nantinya bisa juga berbuat yang terbaik bagi agama, bangsa dan tanah air, sebagai wujud bahwa Islam adalah Rahmatan Lil ‘Alamin.

Dengan niat yang tulus dari orangorang yang banyak rejekinya, yang mencintai putera-putera bangsa yang sedang giat mencari ilmu,zakat dan infaq InsyaAllah mampu mencetak intelektual terhormat berjiwa “pahlawan” seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien atau Jenderal Sudirman.*

Oleh : D. Zawawi Imron

0 komentar:

Posting Komentar