BMH JAWA TIMUR

LAZNAS - NGO Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh, Dana Kemanusiaan dan Wakaf

Allah, Sesuai Sangkaan Kita


Allah, Sesuai Sangkaan Kita . Tahun 2008, adalah tahun yang tak terlupakan bagi saya. Sebuah kertas kecil, kartu peserta ujian, sampai saat ini masih saya simpan sebagai kenangan. Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), adalah impian banyak orang seperti saya. Apalagi kala itu aku butuh pekerjaan dan penghasilan tetap. Untuk putri semata wayang saya, rasanya tak ingin menjadi beban orangtua atau siapapun. Saya sempat mencari uang dengan berjualan susu kedelai dan menitipkan di warung-warung sekitar tempat tinggal. Alhamdulillah, keuntungan yang saya dapatkan cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


Tiba-tiba ada kabar akan adanya tes penerimaan pegawai negeri. Saya berharap bisa mengikutinya meski beberapa orang sempat mencibirnya. Mereka mengatakan mana mungkin saya lolos tes kecuali saya memiliki saudara pejabat atau memiliki banyak uang untuk “membeli” status PNS.

Saya ingat betul, seseorang sempat berkata, “Kowe podo wae ngenteni endog pitik blorok.” Artinya, mengikuti tes CPNS sama saja dengan menunggu adanya telur ayam berwarna loreng. Alias tidak mungkin tercapai. Semua saya terima dengan lapang hati. Saya pikir, jika Allah berkehendak, yang tak mungkin menjadi mungkin. Bisa jadi orang lain memiliki background saudara pejabat atau banyak uang. Saya tak gentar. Karena background saya jauh lebih tangguh, Allah Subhanahu Wata’ala semata.

Di setiap sepertiga malam, kecuali sedang berhalangan, saya bangun untuk bertahajud untuk memohon pada-Nya agar dimudahkan dalam segala urusan, termasuk dimudahkan mengikuti tes itu. Saya sudah lama meninggalkan bangku kuliah, lama tak menyentuh buku. Saya mulai belajar kembali, tak peduli apa yang saya pelajari. Apakah keluar ataukah tidak soal yang saya baca, yang penting saya membaca. Bahkan saya pun belum tahu adakah formasi yang dibutuhkan sesuai dengan ijazah saya.

Empat bulan kemudian, pengumuman pengadaan tes CPNS keluar. Alhamdulillah, dibutuhkan 3 orang untuk formasi sesuai ijazah saya. Hati saya berdesir. Ah, apa salahnya mencoba. Sebab tiada yang tak mungkin terjadi di dunia ini. Seperti biasa, dalam tahajjud, saya berdoa diberi keajaiban. Iya, keajaiban. Sebab hanya keajaiban memperebutkan 321 orang dari 12 ribu peserta yang mendaftar. Jujur, rasanya sulit bagi saya untuk lolos. Tapi di sisi lain, saya sangat yakin bahwa Allah berkuasa atas segala-galanya.

Dua bulan pengumumuman peserta tes yang lolos beredar di koran. Subhanallah walhamdulillah, nama saya tertera di sana. Jantung berdegub tidak percaya. Berkali-kali saya baca nama dan nomor peserta. Benar itu milik saya! Air mata saya meleleh. Tak ada kalimat yang mampu saya ucapkan saat itu selain ucapan Subhanallah Walhamdulillah Wallahu Akbar. Apa yang saya yakini, benar adanya. Dan Allah, Dia sesuai yang hamba sangkakan.

*/seperti yang diceritakan oleh Ririn Rahayu Astuti Ningrum.

0 komentar:

Posting Komentar