BMH JAWA TIMUR

LAZNAS - NGO Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh, Dana Kemanusiaan dan Wakaf

Cara Melatih Perilaku sejak Anak Usia Dini

Cara melarang anak usia dini

Seorang ayah yang selama ini berusaha menghindari ‘melarang’ anaknya merasa bingung membaca sebuah artikel yang menyatakan bahwa orang yang mengharamkan kata “Jangan” adalah yang telah melupakan Al-Qur’an. Menurut saya ada sedikit kekeliruan mengenai penafsiran menghindari kata jangan ini. Sesungguhnya dalam Al-Qur’an itu jelas ada “Amr” yaitu perintah dan ‘La’ yang berarti larangan. Yang menjadi masalah adalah ketika anak dilarang-larang namun tidak disertai dengan pembiasaan adab-adab yang baik.
Perintah dan larangan tidak akan menjadi masalah bagi anak, jika hal itu sudah terbangun dalam dirinya sejak ia masih kecil.


Ketika diajarkan “Jangan menyekutukan Allah!”, ia tidak merasa terbebani karena kecintaan pada Allah sudah dibangun sejak kecil. Ketika ada larangan “Jangan mendekati zina” tidak menjadi masalah karena kebiasaan berbusana yang sesuai syariat telah dijalankan sejak kecil, dan adab pergaulan sudah mendarah daging. Ia justru merasa malu dan risih jika berinteraksi dengan lawan jenis.

Perintah dan larangan di dalam Al Quran sesungguhnya berlaku untuk orang yang sudah aqil baligh. Sedangkan untuk anak usia dini atau pra baligh tidak ada dosa dan pahala artinya perintah dan larangan belum berlaku. Namun hal itu bukan berarti bahwa anak-anak dibiarkan saja melakukan hal yang dilarang dan tidak melakukan yang dianjurkan. Sejak dini anak-anak sebaiknya dibiasakan pada hidup yang benar dan positif seperti jujur, disiplin, teratur, tepat waktu.

Kalau itu sudah terbangun dan terbiasa dengan sendirinya dia akan nyaman melakukan hal yang positif tersebut, dan tidak akan nyaman melakukan hal yang dilarang. Sehingga saatnya dia belajar agama tentang hal-hal yang harus dilakukan mereka dengan sendirinya cenderung akan menerima karena itu sudah ada dalam diri dia (microchip-nya sudah terpasang dan terinstal).

Tanamkan Kebiasaan Positif
Masukkan hal-hal POSITIF baik kata-kata, kebiasaan, penglihatan, pendengaran sebanyak mungkin ke dalam sistem lymbic (tempat menyimpan memori jangka panjang) anak, maka itu akan menjadi fondasi kuat dalam diri anak.

Misalnya bisakan saja buang sampah pada tempatnya sejak dini. Sejak bayi perlihatkan ruangan yang bersih, dan setiap melihat sampah orangtua mecontohkan cara membuangnya ke dalam tempat sampah.
Siapkan tempat sampah yang menarik yang mudah dibuka oleh anak, misalnya yang terbuka tutupnya bila diinjak anak. Kalau anak sudah bisa berjalan kita bisa memotivasi dia untuk melakukan sendiri dan dihargai saat dia melakukannya. Jika dilatihkan terus-meneruas nanti dia akan terbiasa. Setiap melihat sampah maunya membuang ke tempatnya. Kalau suatu saat dia besar dan bisa membaca kalimat “Dilarang membuang sampah”, hal itu sudah tidak ada masalah bagi dia. Anak tidak akan merasa berat dan kesulitan dengan larangan tersebut.

Lain dengan yang tak terbangun dengan kebiasaan itu. Ada papan pengumuman sebesar apapun belum tentu dia mengikutinya. Contohnya larangan merokok yang dipasang di Billboard raksasa tidak akan ada efeknya bagi seseorang yang sudah terbiasa merokok.

Larangan Justru Memicu Rasa Penasaran
Dalam Al-Qur’an An Nahl 125 disebutkan anjuran untuk menyeru manusia kepada jalan Allah dengan hikmah (bijaksana) hal ini menurut saya bisa dilihat dari tingkatan usianya. Kepada anak usia dini tentunya tidak akan dibebankan dulu perintah atau larangan yang berat.

Jika anak usia dini pendekatan pengasuhannya dengan mendahulukan larangan boleh jadi:
pertama, anak malah penasaran dan ingin mencoba. Dalam sebuah acara reality show, ditunjukkan ada sebuah kotak dengan sebuah lubang sebesar kepala orang dewasa. Di lubang tersebut tertulis dua kalimat “Dilarang lihat lubang ini!” dan “Jangan Lihat Lubang ini!”

Namun apa yang terjadi hampir setiap orang dewasa yang lewat situ memasukan kepalanya ke dalam lubang tersebut. Manusia selalu memiliki kecenderungan untuk penasaran ingin mencoba yang dilarang.

Dampak Larangan
Dalam hidup anak ada fase munculnya kemandirian dengan ciri khas penolakan terhadap segala yang dianjurkan, dan cenderung pada hal yang dilarang (ini biasanya muncul pada fase usia2-3 tahun). Oleh karena itu larangan malah tidak efektif pada anak-anak usia dini.

Kedua, anak menjadi tidak kreatif karena belum apa-apa sudah dilarang. Larangan yang terlalu sering akan mematikan rasa percaya diri. Ada kisah yang menceritakan seorang anak yang jika ditanya siapa namamu? Ia menjawab, “My name is John don’t” karena ibunya sering berteriak jangan, “John don’t!”

Lalu bagaimana menghindari kata jangan dalam keseharian? Katakan hal yang positifnya saja. Saat melarang anak ribut, kita bisa mengatakan, “Kita berbicara dengan volume suara yang sedang”. Saat melarang anak menumpah air di gelas, kita bisa bilang, “Pastikan airnya tetap di gelas ya!”

Ketiga, anak menjadi tidak suka dengan agama dan Allah karena serba membatasi dan melarang Hal ini pernah dialami seorang yang berusia 5 tahun, ia berkata, “Aku mau jadi Allah aja, karena apa-apa Allah, apa-apa Allah!” Hal itu karena ibunya sering melarang atas nama Allah, “Jangan begini nanti Allah marah!”
Dahulukan hal yang positif tentang agama , maka anak akan nyaman dengan agama.

Nah, kesimpulannya menghindari kata jangan adalah berlaku bagi anak usia dini dan ini menurut saya ini hanya merupakan strategi mengasuh ‘BIL HIKMAH’ saja. Ali bin Abi Thalib mengatakan dalam sebuah ungkapannya yang masyhur : “Ajaklah anak bermain dengan menyenangkan pada tujuh tahun pertama, disiplinkanlah anak pada tujuh tahun kedua dan bersahabatlah pada anak usia tujuh tahun ketiga.”

Cara Melatih Perilaku sejak Anak Usia Dini
Oleh: Ida. S. Widayanti
Penulis Buku-Buku Parenting

0 komentar:

Posting Komentar