BMH JAWA TIMUR

LAZNAS - NGO Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh, Dana Kemanusiaan dan Wakaf

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Hidayatullah Batam Dulu kawasan Tiban, kini Pesantren Peradaban

Hidayatullah Batam Dulu kawasan Tiban, kini Pesantren Peradaban

Blusukan pesantren - Gedung bertingkat itu berdiri kokoh, termasuk sebuah masjid berukuran 33×34 meter di pertigaan kawasan Mukakuning, Batuaji. Di atas lahan sekitar 2,5 hektare dan gedung-gedung yang didominasi cat warna hijau inilah kini Yayasan Hidayatullah Batam hadir dan segenap kesibukan ribuan para pencari ilmunya.

Berdakwah di Tengah “HUNUSAN” Senjata Suku Meno


kisah inspiratif - Suatu saat, sekitar jam 12 malam di bulan Agustus 2004 segerombolan suku pribumi bersenjata lengkap yang dikenal dengan sebutan Meno menutup jalan pulang dari arena dakwah. Sekujur badannya sempat bergetar dan mengeluarkan keringat dingin. Dadanya pun berdebar kencang.

Akan tetapi, seketika lelaki kelahiran Aipaya, Sumbawa, 5 November 1980, ini berusaha tetap tenang dengan kembali berpasrah kepada Allah Ta’ala. Tiba-tiba Allah berkehendak lain. Rombongan suku itu menunjukkan i’tikad simpatik seraya berkata, “Mereka ini orang-orang baik, bapak haji silahkan lewat,” ucap kepala sukunya.

Mereka menganggap ”Bapak haji” setelah mengetahui Syakir mengenakan kopiah dan jubah putih. Ini menjadi pelajaran awal bagi Syakir, bahwa bantuan Allah pasti datang pada hambanya manakala berserah diri secara total dalam berdakwah untuk menolong agama Allah

Angkat Motor
Suatu hari, Syakir melakukan perjalanan dakwah dengan menggunakan motor. Tapi sayang motor “Crypton” yang ditumpanginya dalam berdakwah ke sebuah kampung bernama Poumako macet, persis di tengah hutan lebat. Bahkan sejak pengisian bensin di Polsek Miru, lampu motornya juga ikutan ngadat. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sebuah mobil yang sepanjang perjalanan ‘menguntitnya’ dari belakang menghampiri dan menawarinya tumpangan.

Sang pengemudi ‘kiriman’ Allah itu menawarkan bantuan dan menaikkan motornya ke atas mobil kijang, meski bukan jenis “open kap”. Atas kebaikan hati sang pengemudi, motor ini harus dipaksa naik ke mobil dalam kondisi pintu belakang terbuka hingga rela mengantarnya ke Pesantren Hidayatullah yang berjarak sekira 30 KM dari Kota Timika.

Padahal sebelumnya, Syakir sempat berprasangka buruk pada mobil yang menguntitnya tersebut, jangan-jangan mereka orang jahat sengaja memata-matainya dalam kegiatan dakwahnya. Seiring perjalanan waktu, ia masih bingung dengan pengemudi mobil baik hati itu. Selama hampir 12 tahun malang melintang sebagai da’i dan ujung tombak lembaga Hidayatullah di pedalaman Timika, ia masih belum bisa bertemu kembali. Bahkan masyarakat Papua mengaku tak pernah melihatnya.

Tugas Dakwah
Berdakwah di bawah bayang-bayang ancaman malaria merupakan kesan pertama yang dialami Syakir ketika pertama kali menjejakkan kakinya di tanah Timika, Papua. Awalnya ia cukup terkejt dengan kesan bahwa belum resmi menjadi orang Papua bila belum ‘disuntik’ oleh nyamuk malaria.

Sejak tamat dari bangku SMA Syakir telah kepincut dengan Hidayatullah setelah mendapatkan pencerahan dari salah seorang pengajar yang juga seorang da’i Hidayatullah. Rentetan riwayatnya ini menjadi pondasi dan bangunan yang mendarah-daging dalam jiwanya. Belum lagi setelah mendapat tempaan spirit berkesniambungan selama 4 tahun di Sekolah Tinggi Agama Islam Luqmanul Hakim (STAIL) Surabaya.

Setelah tamat dari STAIL, Syakir langsung mendapat tugas dakwah bersama delapan orang da’i lainnya. Empat orang ke Balikpapan dan empat lainnya ke tanah Papua yang salah seorang diantaranya adalah Syakir. Sesampainya di Timika, dia langsung bergabung dalam barisan muda da’i perintis Hidayatullah. Di masanya, da’i menjadi ujung tombak perjuangan dakwah hingga ke pelosok Timika. Awalnya, bayang-bayang malaria menjadi satu-satunya tantangan yang diperhitungkan.Kini tantangan jauh lebih berap harus dihadapinya. Hutan belantara, jalanan terjal, anak panah akibat konflik suku-suku pribumi, babi hutan dan lalatnya, serta binatang melata lainnya menjadi bunga rampai dan suka-duka indahnya berdakwah di bumi Amungsa dan Kamoro.

Entahlah yang jelas dakwah telah menjadikannya selalu selamat dari setiap kesulitan demi kesuitan. Bahkan dakwah telah menyelamatkannya dari tajamnya hunusan senjata suku pribumi yang dikenal tak pandang bulu terhadap orang asing. Sejak itu Syakir merasakan dengan segenap kesadaran bahwa Allah benar-benar dekat. Apa pun bisa berubah seketika jika Allah berehendak. Termasuk nyawanya yang sudah di ujung senjata Meno itu.

Benarlah kiranya kata Allah dalam al-Quran Surat Muhammad [47]: 7, “In Tansurullaha yansurkum, wayutsabbit Aqdamakum” (Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu).*/Abu Ilmia
daitangguh